LOJI – Rekatan silaturahmi juga mengikat Ibu Siti Khadijah (63) bergabung di Majelis Nurul Qomar. Seperti ia ceritakan kepada Swadaya, Selasa (27/03), di kediamannya di Loji. Majelis Nurul Qomar adalah keluarganya. Ia berharap Majelis Nurul Qomar dapat terus maju dan berkembang. “Setiap pendamping berganti bisa lebih maju aja,” tuturnya.
Sudah lebih dari 6 tahun, ia menjadi anggota Majelis Misykat Nurul Qomar. Ia menceritakan, pertama kali bergabung tahun 2006. “Saya dan suami asli Sukabumi, dan sudah 25 tahun tinggal di Bogor,” ungkapnya. Ummi lima orang anak ini mengaku, mendapat banyak pengalaman dan ilmu dari Majelis Misykat DPUDT Nurul Qomar. “Saya sering ikut pengajian, ke Bandung, ke Masjid Raya, tahsin qur’an juga,” serunya.
Ia melanjutkan, dulu sebelum ada Misykat. Ia hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Sang suami sehari-hari bekerja di Pasar Bogor sebagai penjual bumbu dapur. Barulah, ketika Program Misykat DPUDT masuk, ia pun langsung bergabung. “Sekarang, saya udah bisa bantu,” ujarnya. Saat ini, Khadijah yang berwirausa dalam penjualan keripik pisang telah memiliki pelanggan tetap di banyak pasar dan areal perkantoran di Kota Bogor. “Keripik saya ini, nyablonnya juga di DPUDT. Jadi, benar-benar diberdayakan,” tuturnya. Ia menambahkan, ide usaha keripik pisang ini berasal dari saudaranya. Seringkali, saudaranya yang berasal dari Lampung membawa banyak sekali pisang untuk dijual di Bogor. Saking banyaknya, seringkali pisang yang tak laku membusuk. Dari situlah, ide keripik pisang ini muncul. “Sekarang, sehari bisa ngabisin tiga kuintal, empat kuintal,” katanya. Alhamdulilah dari penjualan pisang ini. Khadijah bisa menabung kurang lebih 300 ribu rupiah setiap bulannya.
Hanya ada satu kendala yang Khadijah rasakan yaitu, tempat. “Repot, kalau menggorengkan mesti di tempat terbuka ya,” keluhnya. Sementara, Khadijah selama ini mengerjakannya di dapur rumah saja. Ke depan, ia berencana mencari lokasi produksi agar usahanya semakin maju.
Posting Komentar