Salah satu yang harus kita waspadai dalam hidup adalah kita merasa takut kepada sesuatu selain Allah, yang membuat diri kita menjadi seorang munafik. Dalam ilmu tauhid, tidak berharap selain harap kepada Allah. Begitu pun rasa rakut.
Dalam surah al-Jumu'ah ayat 10 dinyatakan, hanyalah orang-orang yang memakmurkan masjid Allah, yang hatinya yakin kepada Allah, yakin akan adanya hari akhir dan menegakkan salat, membayar zakat dan tidak takut selain hanya kepada Allah. Itulah orang-orang yang hidupnya akan mendapatkan petunjuk dan dibimbing oleh Allah. Kita ingin dituntun, tapi jauh dari masjid, maka itu akan berat. Karena masjid adalah rumah Allah dan di masjidlah Allah menjanjikan banyak hal.
Kemunafikan kita juga salah satunya dapat diukur dari cinta atau tidaknya ke masjid. Karena orang-orang yang serius kepada Allah pasti sangat cinta ke masjid. Orang yang serius kepada Allah, kemana-mana yang diingat adalah masjid. Barangsiapa yang tidak takut selain kepada Allah, merekalah yang akan mendapat bimbingan.
Takut itu ada beberapa jenis. Salah satunya takut yang karena tabiat kita. Seperti kita takut jatuh dari tempat tinggi, itu wajar. Takut yang dekat dengan kita yang bisa membuat kita munafik adalah takut kepada orang. Ini membuat kita tidak berani berbuat apa yang disukai Allah. Contohnya, istri yang takut kepada suami yang pemarah. Akhirnya segala sesuatu yang dilakukan tujuannya bukan mencari ridhaAllah, tetapi agar suaminya tidak marah. Ini cenderung akan menjadi munafik.
Dalam beberapa hal, takut itu ada benarnya. Tetapi kalau sudah beradu kata hati dengan rasa takut ke manusia, sehingga kita tidak bisa jujur mengungkapkan isi hati. Maka sudah dimulai kemunafikan kita. Kita harus bisa membaca mana takut yang masih dalam koridor yang dibenarkan. Tapi, kalau semua gerak-gerik kita hanya memikirkan takut kepada makhluk, hingga tidak ada perhitungan kepada Allah, maka akan habis segala amal saleh kita. Karena kita bukan takut kepada Allah, tetapi kepada makhluk.
Kuncinya untuk mengatasinya adalah berani dan jujur karena Allah. Sering kita berbeda antara hati dan ucapan. Inilah yang merusak tauhid kita. Karena kita lebih takut dinilai orang daripada dinilai Allah. Kalau kita harus mengatakan sesuatu dan membuat orang marah, tidak apa-apa yang penting kita tidak memakai emosi. Ketahuilah bahwa yang kita takuti itu tidak terjadi kalau Allah tidak mengijinkan. Kita harus konsisten, berbeda pendapat tidak harus dengan marah dan emosi. Karena ketika kita menjelaskan dengan rasa marah, maka akan menambah masalah.
Biasakan untuk berani mengatakan isi hati sejujurnya dengan tenang. Tidak usah berlebihan. Tidak usah direkayasa agar orang lain tersentuh. Apabila memang salah, akui saja. Kita latih untuk hal-hal yang kecil, bahwa kita berbuat bukan untuk dilihat orang tetapi hanya untuk Allah. Tidak akan terjadi sesuatu tanpa ijin Allah. Walaupun bergabung jin dan manusia untuk mencelakai kita.
(KH. Abdullah Gymnastiar, Penasihat dan Pembina DPU Daarut Tauhiid)
Posting Komentar