Setiap orang mendambakan ketenangan.
Baik itu bagi orang yang sedang ditimpa kelapangan maupun kesempitan.
Begituhalnya bagi yang sedang ditimpa musibah seperti musibah yang menewaskan
lebih dari 95 ribu warga Aceh. Trauma, resah, gelisah, hidup tak menentu menenani
hari-hari mereka. Pasrah akan ketentuan
Allah itulah yang bisa mereka lakukan. Begitu pula dengan keluarga yang
ditinggalkan. Kini, ketenangan yang
diharapkan.
Ada beberapa kunci ketenangan
dalam menghadapi musibah. Pertama, siap
menerima ujian, musibah. Ketika seseorang ditimpa musibah maka ia menyadari
bahwa musibah yakin datangnya dari Allah. Keyakinan yang sepenuhnya akan hikmah
dibalik semua. Dan kita pun harus menjadikan kehidupan seperti adanya siang dan
malam. Kita harus mulai melatih diri menghadapi kesulitan. Seperti murid yang
mau ulangan/ujian. Datang soal, senyum-senyum, menjelang ujian bahagia, ketika
ujian datang senang karena persoalan bisa ia tangani dengan baik. Begitu halnya
setelah ulangan yakin dengan persiapan
belajar yang optimal akan mendapatkan hasil yang baik.
Kedua, ketika kita dihadapkan
pada ujian yang tak terduga maka kuncinya kita harus ridho menerima keadaan.
Banyak orang menderita bukan karena masalah tetapi karena tidak bisa menerima kenyataan.
Ridho menerima kenyataan berupa musibah akan menjadikan hati tenang. Dengan
ketenangan maka dapat lebih mudah menyelesaikan masalah. Latih kesadaran diri
bahwa semua yang terjadi tidak lepas dari kehendak-Nya. Sehingga, kita ridho
menerima musibah, menerima kepergian saudara-saudara yang dicintai.
Ketiga, kuasi diri. Yakin Allah
tidak akan membebani seseorang kecuali dengan kesanggupannya. Tidak mungkin
Allah dzolim kepada hamba-Nya. Yakinlah bahwa setiap satu kesulitan akan diapit
oleh dua kemudahan. Dan, yakin tidak mungkin ada ujian yang tidak ada nilainya.
Saudaraku, siap untuk
mengalami senang dan susah. Kita tidak boleh lemah. Dengan ketenangan kita akan
siap menerima ketentuan Allah SWT.
Posting Komentar