Hikmah di Balik Tawakkal, oleh K.H. Abdullah Gymnastiar

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.dtjakarta.or.id/images/stories/bag%20luar-%20jan%202013%20crop.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="188" src="http://www.dtjakarta.or.id/images/stories/bag%20luar-%20jan%202013%20crop.jpg" width="400" /></a></div> Kita sepakat bahwa yang penting bagi kita bukan banyak tapi cukup. Banyak itu relatif, cukup itu terukur. Uang banyak belum tentu cukup kalau keperluannya melebihi jumlah uangnya. Jadi bagi kita tidak penting jumlah, yang penting cukup. Allah sudah menjamin, “<i>Wamayyata wakal alallahi fahuwahasbuh</i>”: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS 65: 3).<br /> <br /> <br /> Mengapa kita harus tawakkal kepada Allah? Kita harus tahu bahwa pencipta kita adalah Allah. Yang paling tahu tentang diri kita dan keperluan kita adalah Allah. Karena keperluan yang ada pada diri kita pun itu ciptaan Allah. Ini mutlak dipahami. Jadi kita tidak boleh risau dengan keperluan kita karena keperluan ini diciptakan oleh Allah. Lalu yang kita perlukan, itu juga milik Allah. <b> </b><br /> <b>Satu</b>, kita ciptaan Allah. <b> </b><br /> <b>Kedua</b>, keperluan kita (adalah) ciptaan Allah.<br /> <b>Ketiga</b>, yang kita perlukan itu juga adalah milik Allah.<br /> <b>Keempat</b>, terjadinya kita bertemu dengan keperluan kita itu pun terjadi dengan izin Allah. Jadi kita dari awal sampai akhir memang tidak punya kesempatan untuk “lari”. <br /> <br /> Makanya setan berat sekali untuk menipu ahli tawakkal. Jadi kalau kita keluar dari rumah dan berdoa, sebisa mungkin jangan hanya lisan yang menyebut, “<i>Bismillahi tawakkaltu 'alallah laa hawla wa laa quwwata illa billah</i>” (Ya Allah dengan menyebut namamu, saya bertawakkal hanya kepada-Mu, tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan dari-Mu, kecuali hanya dengan kekuatan dari Allah.) Pada saat itu dikatakan kepadanya, “Engkau dilindungi dan dipelihara.” Ini luar biasa. Ditunjuki, kemudian dilindungi, lalu dipelihara. Setan yang mau menipu (akan) babak belur, bagaimana akan menyesatkan yang ditunjuki Allah? Bagaimana mencelakakan yang dilindungi Allah? Bagaimana bisa merusak yang dipelihara Allah?<br /> </div>

Hikmah di Balik Tawakkal, oleh K.H. Abdullah Gymnastiar

Kita sepakat bahwa yang penting bagi kita bukan banyak tapi cukup. Banyak itu relatif, cukup itu terukur. Uang banyak belum tentu cukup ...

Baca selengkapnya »

Bantuan DT Jakarta pada Korban Banjir Jakarta

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> Beberapa hari terakhir, media-media massa mulai ramai memberitakan banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Untuk itu, DT Jakarta per hari Rabu (16 Januari 2013) membuka layanan kepedulian korban banjir lewat program “<b>Hidupkan Hati dengan Berbagi</b>”.<br /> <br /> Di hari yang sama tim relawan DT Jakarta mengadakan survey di daerah Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sekaligus memberikan bantuan berupa 300 paket nasi bungkus ke sejumlah warga di RW 03 yang tempat tinggalnya sudah terendam air selama dua hari terakhir yang tingginya sudah melebihi lutut orang dewasa.<br /> <br /> <b>Posko DT Jakarta di Petogogan, Jakarta Selatan</b><br /> <img border="0" src="http://www.dtjakarta.or.id/images/stories/banjir%20petogogan.jpg" style="float: left; margin: 9px;" />Air setinggi 60 cm hingga satu setengah meter masih menggenangi rumah warga di wilayah RW 03, Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru. Sejak Selasa (15 Januari), tiga RW di sana sudah mengalami kebanjiran karena luapan Sungai Krukut yang tidak mampu menampung air hujan kiriman Bogor serta dengan hujan semalaman. “Ini belum seberapa. Tahun 2007 lalu rumah kami ikut terendam,” ucap Ibu Sri, salah satu warga RT 12 yang memang letak rumahnya ada di tanjakan lebih tinggi dari yang lain.<br /> <br /> Namun beliau dan keluarga sudah bersiap meletakkan perabotan elektronik dan barang-barang penting ke tingkat dua karena yakin bahwa beberapa waktu ke depan air akan memasuki rumahnya. “Soalnya ini kan seperti banjir enam tahunan dan tahun 2007 lalu air masuk rumah. Jadi ada kemungkinan kali ini juga begitu,” tuturnya.<br /> <br /> Para relawan Daarut Tauhiid (DT) Jakarta yang membuka posko banjir di dekat lokasi sejak 17 Januari (di Jl. Wijaya I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan-sebrang klinik Sam Marie),  ikut tim Karang Taruna Petogogan untuk membagikan konsumsi makan siang kepada para warga. Terlihat rata-rata warga tidak mengungsi dan lebih memilih menetap di rumahnya yang hampir mencapai dada orang dewasa. Menurut Adam Ibrahim, Ketua Karang Taruna Petogogan, keadaan tersebut belum seberapa karena saat 2007 lalu, ketinggian air mencapai dahi orang dewasa.<br /> <br /> “Padahal tahun lalu jalanan di sini sudah dinaikkan setengah meter. Tidak terbayang jika saat ini jalanan belum dinaikkan, mungkin lebih parah. Namun kami semua berharap semoga keadaan enam tahun lalu tidak terulang kembali, dan bajnir segera reda,” papar Adam.<br /> <br /> <b>Penyaluran Bantuan ke Jakarta Barat dan Jakarta</b><b> </b><b>Utara</b> <img border="0" height="292" src="http://www.dtjakarta.or.id/images/stories/banjir%20lokasi%20keadaan.jpg" style="float: right; margin: 9px;" width="363" /><br /> Daerah Petogogan jadi target pertama karena lokasi sekretariat DT Jakarta berada di kelurahan tersebut. <i>Alhamdulillah</i>, 23 Januari lalu banjir sudah surut. Tim relawan pun kemudian menyampaikan bantuan ke wilayah lain sesuai dengan informasi jamaah. <i>Alhamdulillah</i>, sampai dengan 25 Januari, donasi dan amanah dari jamaah DT Jakarta sudah disebarkan ke berbagai wilayah DKI Jakarta, seperti di Pesanggrahan-Jakarta Selatan, Rawa Buaya dan Jelambar-Jakarta Barat serta Pluit dan Penjaringan-Jakarta Utara.<br /> <br /> Di wilayah Jelambar, ada Masjid Al Mujahidin yang pada saat kejadian, air masuk ke dalam masjid sampai setinggi setengah meter, sehingga tidak ada pelaksanaan Sholat Jumat pada 18 Januari.</div>

Bantuan DT Jakarta pada Korban Banjir Jakarta

Beberapa hari terakhir, media-media massa mulai ramai memberitakan banjir di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Untuk itu, DT Jakarta per har...

Baca selengkapnya »

Aa Gym Hanya Alloh Sumber Nikmat

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <center> <iframe width="560" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/K8rr4CbN_RY" frameborder="0" allowfullscreen></iframe><img border="0" height="0" src="http://i2.ytimg.com/vi/K8rr4CbN_RY/0.jpg" width="0" /> <center> </center> </center> </div>

Aa Gym Hanya Alloh Sumber Nikmat

Baca selengkapnya »

Aa Gym Belanja yang Manfaat

<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <center> <iframe width="560" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/nm1PABe82N0" frameborder="0" allowfullscreen></iframe><img border="0" height="0" src="http://i2.ytimg.com/vi/nm1PABe82N0/0.jpg" width="0" /> <center> </center> </center> </div>

Aa Gym Belanja yang Manfaat

Baca selengkapnya »

Aa Gym_Karakter BAKU (Edisi Jujur)

<center> <iframe allowfullscreen="allowfullscreen" frameborder="0" height="315" src="http://www.youtube.com/embed/asBG9oBwsYc" width="560"></iframe><img border="0" height="0" src="http://i2.ytimg.com/vi/asBG9oBwsYc/0.jpg" width="0" /> <center> </center> </center>

Aa Gym_Karakter BAKU (Edisi Jujur)

Baca selengkapnya »

BEASISWA MANDIRI DPU DT BOGOR 2013

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> </div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3o_eFJ7inRou0hfnjJ09ss4Hdl3yF4xrCSWw9KJb0xAYlPsERKhu8TtlnxXQYy5c8YZ-59rZHMhYvU6rSVI8EJm4Qow7vN42FBVGyAQl8CzB6mkh7XCv6YOWzM1pGbu7zqemyz96ZSyyW/s1600/PAMFLET+BEM+2013.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3o_eFJ7inRou0hfnjJ09ss4Hdl3yF4xrCSWw9KJb0xAYlPsERKhu8TtlnxXQYy5c8YZ-59rZHMhYvU6rSVI8EJm4Qow7vN42FBVGyAQl8CzB6mkh7XCv6YOWzM1pGbu7zqemyz96ZSyyW/s320/PAMFLET+BEM+2013.jpg" width="226" /></a></div> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_nQx_sAV7n-W9oNS26OhCMlrr6S827NLwTf8NlTG8NY2_bZHbasA-Fl5aqCxo5u___jYkwRjJCmblv56X0-kfJbdRrLwhv2TwDjPzeX4HMHvHB7zFLfY8Zt6ZfuNuv-WfNLbHFkZF9k67/s1600/PAMFLET+BEM+2013.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"></a><br />  Bogor-Jumat, 11/01/2013<br /> Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kepada Alloh SWT yang senantiasa merahmati kita semua. DPU Daarut Tauhiid Bogor akan membuka penerimaan Bea Mandiri Angkatan VII tahun 2013.<br /> Adapun persyaratan sbb : lihat di pamflet dibawah ini !<br /> bagi sahabat-sahabat yang ingin mengikuti program ini,silahkan bergabung. ladang untuk berkreatifitas dan berinovasi apa sahabat dapatkan di tempat kuliah untuk dikembangkan di program ini. kami tunggu kehadiran sahabat-sahabat.

BEASISWA MANDIRI DPU DT BOGOR 2013

 Bogor-Jumat, 11/01/2013 Alhamdulillah kita panjatkan puji dan syukur kepada Alloh SWT yang senantiasa merahmati kita semua. DPU Daaru...

Baca selengkapnya »

Kasih Sepanjang Jalan

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1735_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1735_a.jpg" width="226" /></a></div> Di stasiun kereta api bawah tanah Tokyo, aku merapatkan mantel wol tebalku erat-erat. Pukul 5 pagi. Musim dingin yang hebat. Udara terasa beku menggigit. Januari ini memang terasa lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya. Di luar salju masih turun dengan lebat sejak kemarin. Tokyo tahun ini terselimuti salju tebal, memutihkan segenap pemandangan.<br /> <br /> Stasiun yang selalu ramai ini agak sepi karena hari masih pagi. Ada seorang kakek tua di ujung kursi, melenggut menahan kantuk. Aku melangkah perlahan ke arah mesin minuman. Sesaat setelah sekeping uang logam aku masukkan, sekaleng<em> capucino</em> hangat berpindah ke tanganku. Kopi itu sejenak menghangatkan tubuhku, tapi tak lama karena ketika tanganku menyentuh kartu pos di saku mantel, kembali aku berdebar.<br /> <br /> Tiga hari yang lalu kartu pos ini tiba di apartemenku. Tidak banyak beritanya, hanya sebuah pesan singkat yang dikirim adikku, "Ibu sakit keras dan ingin sekali bertemu kakak. Kalau kakak tidak ingin menyesal, pulanglah meski sebentar, kak." Aku mengeluh perlahan membuang sesal yang bertumpuk di dada. Kartu pos ini dikirim Asih setelah beberapa kali ia menelponku tapi aku tak begitu menggubris ceritanya. Mungkin ia bosan, hingga akhirnya hanya kartu ini yang dikirimnya. Ah, waktu seperti bergerak lamban, aku ingin segera tiba di rumah, tiba-tiba rinduku pada ibu tak tertahan. Tuhan, beri aku waktu, aku tak ingin menyesal.<br /> <br /> Sebenarnya aku sendiri masih tak punya waktu untuk pulang. Kesibukanku bekerja di sebuah perusahaan swasta di kawasan Yokohama, ditambah lagi mengurus dua puteri remajaku, membuat aku seperti tenggelam dalam kesibukan di negeri Sakura ini. Ini pun aku pulang setelah kemarin menyelesaikan sedikit urusan pekerjaan di Tokyo. Lagi-lagi urusan pekerjaan.<br /> <br /> Sudah hampir dua puluh tahun aku menetap di Jepang. Tepatnya sejak aku menikah dengan Emura, pria Jepang yang aku kenal di Yogyakarta, kota kelahiranku. Pada saat itu Emura sendiri memang sedang di Yogya dalam rangka urusan kerjanya. Setahun setelah perkenalan itu, kami menikah.<br /> Masih tergambar jelas dalam ingatanku wajah ibu yang menjadi murung ketika aku mengungkapkan rencana pernikahan itu. Ibu meragukan kebahagiaanku kelak menikah dengan pria asing ini. Karena tentu saja begitu banyak perbedaan budaya yang ada di antara kami, dan tentu saja ibu sedih karena aku harus berpisah dengan keluarga untuk mengikuti Emura. Saat itu aku berkeras dan tak terlalu menggubris kekhawatiran ibu.<br /> <br /> Pada akhirnya memang benar kata ibu, tidak mudah menjadi istri orang asing. Di awal pernikahan begitu banyak pengorbanan yang harus aku keluarkan dalam rangka adaptasi, demi keutuhan rumah tangga. Hampir saja biduk rumah tangga tak bisa kami pertahankan. Ketika semua hampir karam, ibu banyak membantu kami dengan nasihat-nasihatnya. Akhirnya kami memang bisa sejalan. Emura juga pada dasarnya baik dan penyayang, tidak banyak tuntutan.<br /> <br /> Namun ada satu kecemasan ibu yang tak terelakkan, perpisahan. Sejak menikah aku mengikuti Emura ke negaranya. Aku sendiri memang sangat kesepian di awal masa jauh dari keluarga, terutama ibu, tapi kesibukan mengurus rumah tangga mengalihkan perasaanku. Ketika anak-anak beranjak remaja, aku juga mulai bekerja untuk membunuh waktu.<br /> <br /> Aku tersentak ketika mendengar pemberitahuan kereta <em>Narita Expres</em> yang aku tunggu akan segera tiba. Waktu seperti terus memburu, sementara dingin semakin membuatku menggigil. Sesaat setelah melompat ke dalam kereta aku bernafas lega. Udara hangat dalam kereta mencairkan sedikit kedinginanku. Tidak semua kursi terisi di kereta ini dan hampir semua penumpang terlihat tidur. Setelah menemukan nomor kursi dan melonggarkan ikatan syal tebal yang melilit di leher, aku merebahkan tubuh yang penat dan berharap bisa tidur sejenak seperti mereka. Tapi ternyata tidak, kenangan masa lalu yang terputus tadi mendadak kembali berputar dalam ingatanku.<br /> <br /> Ibu.. Ya, betapa kusadari kini sudah hampir empat tahun aku tak bertemu dengannya. Di tengah kesibukan, waktu terasa cepat sekali berputar. Terakhir ketika aku pulang menemani puteriku, Rikako dan Yuka, liburan musim panas. Hanya dua minggu di sana, itu pun aku masih disibukkan dengan urusan kantor yang cabangnya ada di Jakarta. Selama ini aku pikir ibu cukup bahagia dengan uang kirimanku yang teratur setiap bulan. Selama ini aku pikir materi cukup untuk menggantikan semuanya. Mendadak mataku terasa panas, ada perih yang menyesakkan dadaku. "Aku pulang bu, maafkan keteledoranku selama ini," bisikku perlahan.<br /> <br /> Cahaya matahari pagi meremang. Kereta api yang melesat cepat seperti peluru ini masih terasa lamban untukku. Betapa masih jauh jarak yang terentang. Aku menatap ke luar. Salju yang masih saja turun menghalangi pandanganku. Tumpukan salju memutihkan segenap penjuru. Tiba-tiba aku teringat Yuka puteri sulungku yang duduk di bangku SMA kelas dua. Bisa dikatakan ia tak berbeda dengan remaja lainnya di Jepang ini. Meski tak terjerumus sepenuhnya pada kehidupan bebas remaja kota besar, tapi Yuka sangat ekspresif dan semaunya. Tak jarang kami berbeda pendapat tentang banyak hal, tentang norma-norma pergaulan atau bagaimana sopan santun terhadap orang tua.<br /> <br /> Aku sering protes kalau Yuka pergi lama dengan teman-temannya tanpa izin padaku atau papanya. Karena aku dibuat menderita dan gelisah tak karuan dibuatnya. Terus terang kehidupan remaja Jepang yang kian bebas membuatku khawatir sekali. Tapi menurut Yuka hal itu biasa, pamit atau selalu lapor padaku di mana dia berada, menurutnya membuat ia stres saja. Ia ingin aku memercayainya dan memberikan kebebasan padanya. Menurutnya ia akan menjaga diri dengan sebaik-baiknya. Untuk menghindari pertengkaran semakin hebat, aku mengalah meski akhirnya sering memendam gelisah.<br /> <br /> Riko juga begitu, sering ia tak menggubris nasihatku, asyik dengan urusan sekolah dan teman-temannya. Papanya tak banyak komentar. Dia sempat bilang mungkin itu karena kesalahanku juga yang kurang menyediakan waktu buat mereka karena kesibukan bekerja. Mereka jadi seperti tidak membutuhkan mamanya. Tapi aku berdalih justru aku bekerja karena sepi di rumah akibat anak-anak yang berangkat dewasa dan jarang di rumah. Dulu pun aku bekerja ketika si bungsu Riko telah menamatkan SD-nya. Namun memang dalam hati ku akui, aku kurang bisa membagi waktu antara kerja dan keluarga.<br /> <br /> Melihat anak-anak yang cenderung semaunya, aku frustasi juga, tapi akhirnya aku alihkan dengan semakin menenggelamkan diri dalam kesibukan kerja. Aku jadi teringat masa remajaku. Betapa ku ingat kini, diantara ke lima anak ibu, hanya aku yang paling sering tidak mengikuti anjurannya. Aku menyesal. Sekarang aku bisa merasakan bagaimana perasaan ibu ketika aku mengabaikan kata-katanya, tentu sama dengan sedih yang aku rasakan ketika Yuka atau Riko juga sering mengabaikanku. Sekarang aku menyadari dan menyesali semuanya. Tentu sikap kedua puteriku adalah peringatan yang Allah berikan atas keteledoranku di masa lalu. Aku ingin mencium tangan ibu...<br /> <br /> Di luar salju semakin tebal, semakin aku tak bisa melihat pemandangan, semua menjadi kabur tersaput butiran salju yang putih. Juga semakin kabur oleh rinai air mataku. Tergambar lagi dalam benakku, saat setiap sore ibu mengingatkan kami kalau tidak pergi mengaji ke surau. Ibu sendiri sangat taat beribadah. Melihat ibu khusuk tahajud di tengah malam atau berkali-kali mengkhatamkan Al Quran adalah pemandangan biasa buatku. Ah.. teringat ibu semakin tak tahan aku menanggung rindu. Entah sudah berapa kali kutengok arloji di pergelangan tangan.<br /> <br /> Akhirnya setelah menyelesaikan semua urusan <em>boarding-pass</em> di bandara Narita, aku harus bersabar lagi di pesawat. Tujuh jam perjalanan bukan waktu yang sebentar buat yang sedang memburu waktu seperti aku. Senyum ibu seperti terus mengikutiku.Syukurlah, <em>window-seat</em>, <em>no smoking area</em>, membuat aku sedikit bernafas lega, paling tidak untuk menutupi kegelisahanku pada penumpang lain dan untuk berzikir menghapus sesak yang memenuhi dada. Melayang-layang di atas Samudera Pasifik sambil berzikir memohon ampunan-Nya membuat aku sedikit tenang. Gumpalan awan putih di luar seperti gumpalan-gumpalan rindu pada ibu.<br /> <br /> Yogya belum banyak berubah. Semuanya masih seperti dulu ketika terakhir aku meninggalkannya. Kembali ke Yogya seperti kembali ke masa lalu. Kota ini memendam semua kenanganku. Melewati jalan-jalan yang dulu selalu aku lalui, seperti menarikku ke masa-masa silam itu. Kota ini telah membesarkanku, maka tak terbilang banyaknya kenangan di dalamnya. Terutama kenangan-kenangan manis bersama ibu yang selalu mewarnai semua hari-hariku. Teringat itu, semakin tak sabar aku untuk bertemu ibu.<br /> <br /> Rumah berhalaman besar itu seperti tidak lapuk dimakan waktu, rasanya masih seperti ketika aku kecil dan berlari-lari di antara tanaman-tanaman itu, tentu karena selama ini ibu rajin merawatnya. Namun ada satu yang berubah, ibu...<br /> <br /> Wajah ibu masih teduh dan bijak seperti dulu, meski usia telah senja tapi ibu tidak terlihat tua, hanya saja ibu terbaring lemah tidak berdaya, tidak sesegar biasanya. Aku berlutut di sisi pembaringannya, "Ibu... Rini datang, bu..." gemetar bibirku memanggilnya. Kuraih tangan ibu perlahan dan mendekapnya di dadaku. Ketika kucium tangannya, butiran air mataku membasahinya. Perlahan mata ibu terbuka dan senyum ibu, senyum yang aku rindu itu, mengukir di wajahnya. Setelah itu entah berapa lama kami berpelukan melepas rindu. Ibu mengusap rambutku, pipinya basah oleh air mata. Dari matanya aku tahu ibu juga menyimpan derita yang sama, rindu pada anaknya yang telah sekian lama tidak berjumpa. "Maafkan Rini, bu..." ucapku berkali-kali, betapa kini aku menyadari semua kekeliruanku selama ini.<br /> <br /> ***<br /> <br /> (<em>sumber: cerpenislami.blogspot.com</em>)<br />

Kasih Sepanjang Jalan

Di stasiun kereta api bawah tanah Tokyo, aku merapatkan mantel wol tebalku erat-erat. Pukul 5 pagi. Musim dingin yang hebat. Udara terasa...

Baca selengkapnya »

Seorang Perempuan dan Tukang Besi

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1754_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1754_a.jpg" width="226" /></a></div> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Ketika si tukang besi sedang duduk di rumahnya melepas lelah setelah seharian bekerja, tiba-tiba terdengar pintu rumahnya diketuk orang. Si tukang besi keluar untuk melihatnya, pandangannya menubruk pada sesosok perempuan cantik yang tak lain adalah tetangganya.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> "Saudaraku, aku menderita kelaparan. Jika bukan karena tuntutan agamaku yang menyuruh untuk memelihara jiwa (<em>hifdz al-Nafs</em>), aku tidak akan datang ke rumahmu. Maukah engkau memberikan makanan padaku karena Allah?" tutur perempuan itu.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Ketika itu, memang tengah datang musim paceklik (kemarau). Sawah dan ladang mengering. Tanah pecah berbongkah-bongkah. Padang rumput menjadi tandus hingga hewan ternak menjadi kurus dan akhirnya mati. Makanan menjadi langka, maka tak pelak kelaparan melanda sebagian besar penduduk desa itu. Hanya sebagian kecil yang masih bisa bertahan.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">"Tidakkah engkau tahu bahwa aku mencintaimu? Akan kuberi engkau makanan, tetapi engkau harus melayaniku semalam," kata tukang besi itu.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Si tukang besi memang jatuh hati kepada tetangganya itu. Dia merayunya dengan berbagai cara dan taktik, namun tak juga berhasil meluluhkan hati perempuan itu.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> "Lebih baik mati kelaparan daripada durhaka kepada Allah," ujar perempuan itu lagi sambil berlalu menuju rumahnya.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Setelah dua hari berlalu, perempuan itu kembali mendatangi rumah si tukang besi dan mengatakan hal yang sama. Demikian pula jawaban si tukang besi. Ia akan memberi makanan asalkan perempuan itu mau menyerahkan dirinya. Mendengar jawaban yang sama, perempuan itu pun kembali ke rumahnya.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Dua hari kemudian, perempuan itu datang lagi ke rumah tukang besi itu dalam keadaan payah. Suaranya parau, matanya sayu, dan punggungnya membungkuk karena menahan lapar yang tiada tara. Ia kembali mengatakan hal serupa. Begitu pula jawaban si tukang besi, sama dengan yang sudah-sudah. Perempuan itu kembali ke rumahnya dengan tangan kosong untuk kali ketiga.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Ketika itulah, Allah memberikan hidayah-Nya kepada si tukang besi. "Sungguh celaka aku ini, seorang perempuan mulia datang kepadaku, dan aku terus berlaku zalim kepadanya," tutur tukang besi dalam hatinya. "Ya Allah aku bertaubat kepada-Mu dari perbuatanku dan aku tidak akan mengganggu perempuan itu lagi selamanya."</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Si tukang besi itu bergegas mengambil makanan dan pergi ke rumah perempuan itu. Diketuknya pintu rumah perempuan itu. Tak lama berselang, kerekek... terlihat pintu terbuka dan muncullah sesosok perempuan yang nampak kuyu. </span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Melihat si tukang besi berdiri di depan pintu rumahnya, perempuan itu bertanya, "Apa keperluanmu datang ke rumahku?"<br /> <br /> </span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">"Aku bermaksud mengantarkan sedikit makanan yang aku punya. Jangan khawatir, aku memberinya karena Allah," jawab si tukang besi itu.<br /> <br /> </span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">"Ya Allah, jika benar apa yang dikatakannya, maka haramkanlah ia dari api di dunia dan akhirat," tutur perempuan itu seraya menengadahkan kedua tanganya ke langit.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Si tukang besi itu pulang ke rumahnya. Ia memasak makanan yang tersisa buat dirinya. Tiba-tiba secara tak sengaja bara api mengenai kakinya, namun kaki si tukang besi itu tidak terbakar. Bergegas ia menemui perempuan itu lagi.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> "Perempuan yang mulia, Allah telah mengabulkan doamu," ujar si tukang besi.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Seketika itu, perempuan itu sujud syukur kepada Allah. "Ya Allah engkau telah mewujudkan doaku, maka cabutlah nyawaku saat ini juga." Terdengar suara lirih dari mulut perempuan itu dalam sujudnya. Allah kembali mendengar doanya. Perempuan itu pun berpulang ke Rahmatullah dalam keadaan sujud.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Demikianlah kisah seorang perempuan yang menjaga kehormatannya meskipun harus menahan rasa lapar yang tiada tara.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Setiap muslimah mestinya dapat mengambil i'tibar (pelajaran berharga) dari kisah perempuan shalihah ini. Sosok yang mestinya dijadikan suri tauladan dalam kehidupan keseharian, bukan para artis yang menawarkan gaya hidup hedonisme dan materialism.</span><br /> <br /> <strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">(Dikutip dari buku "Bidadari Dunia Potret Ideal Perempuan Muslim", Muh. Syafi'i al-Bantani)</span></strong>

Seorang Perempuan dan Tukang Besi

Ketika si tukang besi sedang duduk di rumahnya melepas lelah setelah seharian bekerja, tiba-tiba terdengar pintu rumahnya diketuk orang....

Baca selengkapnya »

Abu Nawas dan Mimpi Indah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1826_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1826_a.jpg" width="245" /></a></div> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Seorang pendeta dan seorang rahib berencana memperdayai Abu Nawas. Rencana pun disusun rapid an mereka segera bertandang kerumah Abu Nawas yang disambut baik oleh yang empunya rumah.<br /> <br /> "Kami ingin mengajakmu melakukan pengembaraan suci, wahai Abu Nawas. Kami berharap engkau tidak keberatan dan dapat bergabubg bersama kami," ujar si Rahib sambil melirik pada kawan di sebelahnya.<br /> <br /> "Dengan senang hati aku akan ikut, kapan rencananya?" tanya Abu Nawas.<br /> <br /> "Besok pagi," ujar si pendeta gembira.<br /> <br /> "Baiklah kita bertemu di warung teh besok," kata Abu Nawas.<br /> <br /> Demikianlah keesokan harinya Abu Nawas beserta dua orang yang mengajaknya ini berangkat bersama. Mereka berpakaian dengan cara yang khas. Abu Nawas dengan pakaian sufi, si pendeta dengan baju kebesarannya, dan si rahib dengan pakaian keagamaannya. Di tengah perjalanan mereka bertiga mulai merasa lapar.<br /> <br /> "Hai Abu Nawas, karena kita sudah sudah lapar dan kebetulan kita tidak membawa bekal, ada baiknya engkau mengumpulkan derma untuk membeli makanan bagi kita bertiga. Kami berdua akan melakukan kebaktian," ujar si pendeta.<br /> <br /> Tanpa berpikir panjang, Abu Nawas langsung beranjak pergi mencari dan mengumpulkan derma dari satu dusun ke dusun yang lain. Setelah dirasa derma yang diterima mencukupi, Abu Nawas langsung membali makanan yang cukup untuk mereka bertiga. Abu Nawas pun kembali kepada dua temannya yang tengah melakukan kebaktian.<br /> <br /> "Mari kita bagi makanan ini sekarang juga," ujar Abu Nawas yang memang sudah sangat lapar.<br /> <br /> "Jangan, jangan dibuka sekarang, karena kami sedang berpuasa," ujar sang rahib.<br /> <br /> "Tapi aku hanya akan mengambil bagianku saja, sedang bagian kalian terserah kalian," ujar Abu Nawas.<br /> <br /> "Aku tidak setuju, kita harus seiring seirama dalam berbuat apa pun," ujar si pendeta.<br /> <br /> "Betul aku juga tidak setuju, karena waktu makanku besok pagi," ujar si Rahib yang ahli yoga menimpali.<br /> <br /> Tentu saja Abu Nawas sangat gusar mendengar pernyataan kedua orang itu. Perutnya yang keroncongan memaksanya kembali memprotes.<br /> <br /> "Bukankah aku yang kalian suruh mencari derma dan sudah kukumpulkan derma itu dan sekarang telah kubelikan makanan. Mengapa kalian tidak mengizinkan aku mengambil bagianku sendiri? Sungguh tidak masuk akal," ujar Abu Nawas memprotes.<br /> <br /> Namun dua orang itu tetap teguh pada pendiriannya sekali pun Abu Nawas dengan segala macam cara menjelaskan tetap saja si rahib dan pendeta bergeming. Hal ini membuat Abu Nawas dongkol bukan main, tapi karena dirasa tidak ada gunanya menentang dua orang yang sudah bersekongkol itu, Abu Nawas pun memilih diam.<br /> <br /> "Bagaimana kalau kita buat perjanjian?" ujar sang pendeta tiba-tiba.<br /> <br /> "Perjanjian apa?" tanya Abu Nawas.<br /> <br /> "Kita adakan lomba, siapa yang nanti malam bermimpi paling indah, maka dia berhak atas bagian makanan yang lebih banyak. Sedang yang kedua mendapat bagian lebih sedikit. Sedang yang mimpinya tidak indah mendapat bagian makanan yang paling sedikit," ujar pendeta dengan<br /> cerdiknya. Karena sudah dongkol dan kesal, Abu Nawas menyetujui saja perjanjian itu.<br /> <br /> Begitu pagi sudah tiba mereka bertiga sudah bangun. Dengan sangat antusias si rahib lalu menceritakan mimpinya.<br /> <br /> "Luar biasa! Semalam aku bermimpi indah sekali. Aku memasuki sebuah taman yang mirip sekali dengan nirwana. Aku merasakan suatu kenikmatan dan keindahan yang belum pernah kurasakan seumur hidupku," ujar rahib dengan gembiranya.<br /> <br /> "Mimpimu sangat menakjubkan saudara rahib, sangat menakjubkan," ujar si pendeta dengan agak berlebihan.<br /> <br /> "Mimpiku pun tak kalah indahnya," ujar pendeta, "Aku seolah-olah menembus ruang dan waktu. Aku menyusup ke masa silam di mana pendiri agamamu hidup. Dan sungguh sangat membahagiakan aku bertemu dengannya dan kemudian aku diberkati olehnya," ujar sang pendeta dengan gembiranya.<br /> <br /> "Seperti tadi, kini giliran rahib memuji-muji mimpi si pendeta. Sementara Abu Nawas diam saja melihat kelakuan dua orang yang memang bersekongkol memperdayai dirinya itu.<br /> <br /> "Hai Abu Nawas, kenapa kau diam saja. Apa mimpimu semalam, apakah seindah mimpi kami?" ujar si rahib dan pendeta hampir bersamaan.<br /> <br /> Abu Nawas yang sudah tahu dirinya tengah dikerjai, hanya berujar pelan.<br /> <br /> "Kawan-kawanku sepengembaraan. Kalian tentu mengenal Nabi Daud as. Beliau adalah Nabi yang ahli berpuasa, tadi malam aku bermimpi bertemu dan berbincang-bincang dengannya. Beliau menanyakan apakah aku berpuasa atau tidak. Karena aku belum makan dari pagi, maka aku bilang saja bahwa aku berpuasa. Tidak tahunya beliau menyuruhku berbuka karena hari sudah malam. Tentu saja aku tidak berani membantah perintah seorang Nabi. Makanya aku bangun dan langsung menghabiskan semua makanan," ujar Abu Nawas dengan santainya.</span>

Abu Nawas dan Mimpi Indah

Seorang pendeta dan seorang rahib berencana memperdayai Abu Nawas. Rencana pun disusun rapid an mereka segera bertandang kerumah Abu Naw...

Baca selengkapnya »

Ukhti, Berjilbablah...

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1806_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1806_a.jpg" width="224" /></a></div> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Masihkah ini yang aku ucapkan? "Insya Allah, yang penting hati dulu yang berjilbab."<br /> <br /> </span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Ada seorang perempuan yang dikenal taat beribadah. Ia kadang menjalankan ibadah sunnah. Hanya satu kekurangannya, ia tak mau berjilbab. Menutup auratnya. Setiap kali ditanya ia hanya tersenyum dan menjawab, "Insya Allah yang penting hati dulu yang berjilbab."<br /> <br /> </span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Sudah banyak orang menanyakan maupun menasehatinya. Tapi jawabannya tetap sama. Hingga di suatu malam. Ia bermimpi sedang di sebuah taman yang sangat indah. Rumputnya sangat hijau, berbagai macam bunga bermekaran. Ia bahkan bias merasakan segarnya udara dan wanginya bunga. Sebuah sungai yang sangat jernih hingga dasarnya kelihatan, melintas di pinggir taman. Semilir angin pun ia rasakan di sela-sela jarinya.<br /> <br /> Ia tak sendiri. Ada beberapa perempuan di situ yang terlihat juga menikmati keindahan taman. Ia pun menghampiri salah satu perempuan. Wajahnya sangat bersih seakan-akan memancarkan cahaya yang sangat lembut.<br /> <br /> "Assalamu'alaikum, saudariku...."<br /> <br /> "Wa'alaikum salam. Selamat datang saudariku."<br /> <br /> "Terima kasih. Apakah ini surga?"<br /> <br /> Perempuan itu tersenyum. "Tentu saja bukan, saudariku. Ini hanyalah tempat menunggu sebelum ke surge. "<br /> <br /> "Benarkah? Tak bisa kubayangkan seperti apa indahnya surga jika tempat menunggunya saja<br /> sudah seindah ini."<br /> <br /> Perempuan itu tersenyum lagi, "Amalan apa yang bisa membuatmu kemari, saudariku ?"<br /> <br /> "Aku selalu menjaga waktu salat dan aku menambahnya dengan ibadah sunnah."<br /> <br /> "Alhamdulillah..."<br /> <br /> Tiba-tiba jauh di ujung taman ia melihat sebuah pintu yang sangat indah. Pintu itu terbuka. Dan ia melihat beberapa perempuan yang berada di taman mulai memasukinya satu-persatu.<br /> <br /> "Ayo kita ikuti mereka," kata perempuan itu setengah berlari.<br /> <br /> "Apa di balik pintu itu?" katanya sambil mengikuti perempuan itu.<br /> <br /> "Tentu saja surga saudariku," larinya semakin cepat.<br /> <br /> "Tunggu... tunggu aku..." dia berlari namun tetap tertinggal.<br /> Perempuan itu hanya setengah berlari sambil tersenyum kepadanya. Ia tetap tak mampu mengejarnya meski ia sudah berlari. Ia lalu berteriak, "Amalan apa yang telah kau lakukan hingga engkau begitu ringan?"<br /> <br /> "Sama dengan engkau saudariku," jawab perempuan itu sambil tersenyum<br /> <br /> Perempuan itu telah mencapai pintu. Sebelah kakinya telah melewati pintu. Sebelum perempuan tersebut melewati pintu sepenuhnya, ia berteriak lagi pada perempuan itu.<br /> <br /> "Amalan apalagi yang kau lakukan yang tidak kulakukan?"<br /> <br /> Perempuan itu menatapnya dan tersenyum. Lalu berkata, "Apakah kau tak memperhatikan dirimu, apa yang membedakan dengan diriku?"<br /> <br /> Ia sudah kehabisan napas, tak mampu lagi menjawab.<br /> <br /> "Apakah kau mengira Rabbmu akan mengijinkanmu masuk ke Surga-Nya tanpa jilbab menutup auratmu?"<br /> <br /> Tubuh perempuan itu telah melewati pintu, tapi tiba-tiba kepalanya mengintip keluar, memandangnya dan berkata, "Sungguh sangat disayangkan amalanmu tak mampu membuatmu mengikutiku memasuki surga ini untuk dirimu. Cukuplah surga hanya sampai hatimu karena niatmu adalah menghijabi hati."<br /> <br /> Ia tertegun... Lalu terbangun... Beristighfar lalu mengambil air wudhu. Ia tunaikan salat malam. Menangis dan menyesali perkataanya dulu. Berjanji kepada Allah sejak saat itu ia akan menutup auratnya.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">(<em>sumber:http://www.facebook.com/photo.php?fbid=332506653429371&set=a.216458798367491.67367.216458048367566&type=1</em>)</span>

Ukhti, Berjilbablah...

Masihkah ini yang aku ucapkan? "Insya Allah, yang penting hati dulu yang berjilbab." Ada seorang perempuan yang dikenal ta...

Baca selengkapnya »

Gusti Allah Ora Sare

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1831_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1831_a.jpg" width="286" /></a></div> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><a href="http://www.dpudt-bogor.com/" target="_blank">Dpu dt bogor</a>-Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus pulang selarut ini. Ah, hari yang menjemukan saat itu. Terlebih, setelah beberapa saat berjalan, warna langit tampak memerah. Rintik hujan mulai turun. Lengkap sudah, badan yang lelah ditambah dengan "acara" kehujanan.Setengah berlari saya mencari tempat berlindung. </span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Untunglah, penjual nasi goreng yang mangkal di pojok jalan, mempunyai tenda sederhana. Lumayan, pikir saya. Segera saya berteduh,menjumpai bapak penjual yang sendirian, ditemani rokok dan lampu petromak yang masih menyala. Dia menyilahkan saya duduk. "Disini saja dik, daripada kehujanan...," begitu katanya saat saya meminta ijin berteduh. Benar saja, hujan mulai deras, dan kami makin terlihat dalam kesunyian yang pekat. Karena merasa tak nyaman atas kebaikan bapak penjual dan tendanya, saya berkata, "tolong bikin mie goreng pak, di makan disini saja.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Sang Bapak tersenyum, dan mulai menyiapkan tungku apinya. Dia tampak sibuk. Bumbu dan penggorengan pun telah siap untuk di racik. Tampaklah pertunjukkan sebuah pengalaman yang tak dapat diraih dalam waktu sebentar. Tangannya cekatan sekali meraih botol kecap dan segenap bumbu. Segera saja, mie goreng yang mengepul telah terhidang. Keadaan yang semula canggung mulai hilang. Basa-basi saya bertanya, "Wah hujannya tambah deras nih, orang-orang makin jarang yang keluar ya Pak?" Bapak itu menoleh kearah saya, dan berkata, "Iya dik, jadi sepi nih dagangan saya.." katanya sambil menghisap rokok dalam-dalam. "Kalau hujan begini, jadi sedikit yang beli ya Pak?" kata saya, "Wah, rezekinya jadi berkurang dong ya?"</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Duh. Pertanyaan yang bodoh. Tentu saja, tak banyak yang membeli kalau hujan begini. Tentu, pertanyaan itu hanya akan membuat Bapak itu tambah sedih. Namun, agaknya saya keliru... "Gusti Allah, ora sare dik, (Allah itu tidak pernah istirahat), begitu katanya. "Rezeki saya ada dimana-mana. Saya malah senang kalau hujan begini. Istri sama anak saya di kampung pasti dapat air buat sawah. </span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Yah, walaupun nggak lebar, tapi lumayan lah tanahnya." Bapak itu melanjutkan, "Anak saya yang disini pasti bisa ngojek payung kalau besok masih hujan..."</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Degh. Dduh, hati saya tergetar. Bapak itu benar, "Gusti Allah ora sare". (Tuhan itu tidak pernah istirahat) Allah Memang Maha Kuasa, yang tak pernah istirahat buat hamba-hamba-Nya. Saya rupanya telah keliru memaknai hidup. Filsafat hidup yang saya punya, tampak tak ada artinya di depan perkataan sederhana itu. </span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Maknanya terlampau dalam, membuat saya banyak berpikir dan menyadari kekerdilan saya di hadapan Tuhan.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Saya selalu berpikiran, bahwa hujan adalah bencana, adalah petaka bagi banyak hal. Saya selalu berpendapat, bahwa rezeki itu selalu berupa materi, dan hal nyata yang bisa digenggam dan dirasakan. Dan saya juga berpendapat, bahwa saat ada ujian yang menimpa, maka itu artinya saya cuma harus bersabar.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Namun saya keliru. Hujan, memang bisa menjadi bencana, namun rintiknya bisa menjadi anugerah bagi setiap petani. Derasnya juga adalah berkah bagi sawah-sawah yang perlu diairi. Derai hujan mungkin bisa menjadi petaka, namun derai itu pula yang menjadi harapan bagi sebagian orang yang mengojek payung, atau mendorong mobil yang mogok.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Hmm...saya makin bergegas untuk menyelesaikan mie goreng itu. Beribu pikiran tampak seperti lintasan-lintasan cahaya yang bergerak di benak saya. "Ya Allah, Engkau Memang Maha yang Tak Pernah Beristirahat" Untunglah,hujan telah reda, dan sayapun telah selesai makan. Dalam perjalanan pulang, hanya kata itu yang teringat, Gusti Allah Ora Sare ..... Gusti Allah Ora Sare.....</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Begitulah, saya sering takjub pada hal-hal kecil yang ada di depan saya. Allah memang selalu punya banyak rahasia, dan mengingatkan kita dengan cara yang tak terduga. Selalu saja, Dia memberikan Cinta kepada saya lewat hal-hal yang sederhana. Dan hal-hal itu, kerap membuat saya menjadi semakin banyak belajar.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Dulu, saya berharap, bisa melewati tahun ini dengan hal-hal besar, dengan sesuatu yang istimewa. Saya sering berharap, saat saya bertambah usia, harus ada hal besar yang saya lampaui. Seperti tahun sebelumnya, saya ingin ada hal yang menakjubkan saya lakukan. Namun, rupanya tahun ini Allah punya rencana lain buat saya. Dalam setiap doa saya, sering terucap agar saya selalu dapat belajar dan memaknai hikmah kehidupan. Dan kali ini Allah pun tetap memberikan saya yang terbaik. Saya tetap belajar, dan terus belajar, walaupun bukan dengan hal-hal besar dan istimewa.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">(<em>sumber: milis kisah hikmah</em>)</span>

Gusti Allah Ora Sare

Dpu dt bogor -Malam telah larut saat saya meninggalkan kantor. Telah lewat pukul 11 malam. Pekerjaan yang menumpuk, membuat saya harus p...

Baca selengkapnya »

Yuke Sumeru: Rela Gantung Bass demi Al-Quran

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1862_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1862_a.jpg" width="256" /></a></div> <em><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><a href="http://www.dpudt-bogor.com/" target="_blank">Dpu dt bogor</a>-"</span></em><em><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Saya mengenal Islam sudah tua. Ibu saya seorang peragawati, ayah saya seorang dosen. Jadi saya dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang tidak ada <span>background </span>keagamaan.<span>  </span>Tapi <span>subhanallah</span>, saya berani bilang bahwa beragama itu bukan lamanya.</span></em><em><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">"</span></em><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Jika </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">A</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">nda penggemar musik jazz dan rock era 80-an, tentu </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">meng</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">enal salah satu bassis (pemain bass) kebanggaan kota kembang </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">(Bandung) </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">yang satu ini. Yuke Sumeru atau yang lebih dikenal dengan Yuke merupakan bassis ternama di zamannya. Yuke sempat bergabung dengan beberapa group musik jazz hingga rock</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">,</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> salah satunya Gong 2000 yang digawangi oleh Ahmad A</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">k</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">bar</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Yuke pun pernah menyabet beberapa penghargaan sebagai pemain bass terbaik pada tahun 80-an.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Namanya semakin melambung dan pundi-pundi rupiah terus berdatangan seakan inilah yang namanya </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">‘</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">surga</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">'</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">. Ternyata, keadaannya yang seperti di </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">‘</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">surga</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">'</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> itu membuat Yuke berfikir tentang arah kehidupan sesungguhnya. Keadaan kemudian berbalik hingga </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">180</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">°. Semuanya berawal dari </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">proses </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">berfikir dan </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">melalui masa yang</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> panjang. "</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">P</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">rosesnya lebih banyak dari saya berfikir," aku Yuke kepada Tim Swadaya saat ditemui di kediaman almarhumah ibunya, Senin (17/12) lalu.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">"Ini <em>lho</em> mbak, foto-foto saya zaman dulu, <em>udah</em> pernah lihat belum? Ini teman saya yang kirim</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">,</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">"</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">sesekali Yuke tertawa saat memperlihatkan foto-fotonya dari telepon genggam</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> milik</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">nya. Yuke sama sekali tidak terlihat sedih. Padahal, beberapa jam lalu Yuke baru saja mengentarkan ibunya ke tempat peristirahatan terakhir. Dengan ilmu yang dimilikinya saat ini, Yuke tampak tenang menghadapi berbagai masalah seberat apa</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">pun.</span><br /> <br /> <strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Terjun ke Dunia Dakwah</span></strong><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Tahun 1998 Yuke mulai memikirkan untuk meninggalkan dunia hiburan</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">. P</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">ada tahun 2000</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">,</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> Yuke mantap </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">memutuskan </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">untuk meninggalkan dunia hiburan dan pergi melaksanakan haji. Sejak saat itu, Yuke total meninggalkan hingar-bingar dunia hiburan dan resmi </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">‘</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">gantung bass</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">'</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">. </span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Tahun 2004 Yuke resmi menyandang gelar Sarjaana </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">a</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">l-Quran dari sebuah </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">p</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">erguruan tinggi </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">a</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">l-Quran ternama. Ini merupakan salah satu bukti keseriusan Yuke untuk hijrah ke jalan Allah meski usianya telah hampir setengah abad. Yuke pun kembali melanjutkan studinya hingga mendapatkan gelar master. </span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Selama menimba ilmu </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">a</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">l-Quran, Yuke memiliki motto yang sangat dijaganya hingga sekarang. "S</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">aya tidak mau meninggalkan salat walau pun ujian, meskipun ada dalilnya sedang <em>thalabul ‘ilmi</em>. Saya harus awal waktu, dan di rumah Allah. Rupanya itu merupakan suatu moto yang kuat</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">," ungkap Yuke dengan semangat. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Alhamdulillah, </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">saat ini Yuke telah hafal 30 juz </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">a</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">l-Quran dan selalu mengulangnya.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Yuke semakin mantap dengan pilihan hidupnya ini. Setiap hari</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">dipenuhi dengan aktifitas-aktifitas keislaman dan berdakwah ke mana-mana. Perubahan penampilan pun dilakukannya. Jika dulu Yuke senang berpakaian mahal dan modis, tentu tidak untuk saat ini. Yuke telah berhasil mengondisikan pakaian diri dan keluarganya.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">"</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Dengan posisi keluarga yang <em>abangan</em>, bisa dibayangkan keluarga saya reaksinya seperti apa ketika saya pakai baju begini</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> (gamis)</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">. Tapi dengan pakaian seperti ini, tidak ada satu orang pun yang berani mengajak saya ke tempat maksiat. Yang kedua, ada setrum sama masjid. Ketiga, sifat-sifat buruk jadi hilang. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">K</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">eempat, banyak didoakan orang</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">," tutur pria kelahiran 18 Oktober 1958 </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">itu</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">.</span><br /> <br /> <div style="text-align: justify;"> <strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">O</span></strong><strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">n the </span></strong><strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">T</span></strong><strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">rack </span></strong><strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">C</span></strong><strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">ommitment</span></strong></div> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Cara ini rupanya sangat ampuh memantapkan keyakinan Yuke berhijrah. Dalam perjalanannya mencari kebenaran, Yuke selalu memanfaatkan buku Sirah Nabawi. "</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">S</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">aya cuma baca </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">s</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">irah. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Dari 10 sahabat yang masuk surga tanpa hisab, ternyata awalnya kacau kecuali<span>  </span>satu, Abu Bakar. <span>Padahal mereka dulu berada dalam kesesatan yang nyata</span>. Satu poin saya ambil, Allah tidak melihat awalnya seseorang. Begitu komitmen, syahadat yang benar, <em>sami'na wa ata'na</em>, atau dalam bahasa kita itu <em>on the track commitment</em>." ujar Yuke.</span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Menurut Yuke, d</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">engan memahami Islam secara komprehensif, hidup kita </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">men</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">jadi ringan. </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Yuke meyakini bahwa t</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">idak mungkin Allah membuat masalah yang membuat kita</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> susah. "</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Allah tidak pernah zalim kepada manusia, tapi manusia itu yang zalim kepada diri mereka sendiri. Tidak mungkin keputusan Allah itu buruk, karena Allah lebih ta</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">h</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">u daripada kita</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">," tuturnya.</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> </span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">"</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Barusan ibu saya meninggal, saya nangisnya hanya 2%. Semakin kita belajar mendekatkan diri kepada Allah, betul bahwa <em>wala khaufun ‘alaihim walahum yahzanun</em> itu terjadi. Tidak ada khawatir dan tidak bersedih hati.</span><span style="color: red; font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Kejadian ini membuat saya yakin, ternyata semakin baik pada Allah, semakin <em>adem</em>, masalah menjadi ringan. Kuncinya ada di al-Quran. Dan menjadi tugas kita untuk menyosialisasikan Islam sesuai dengan <em>maqam</em> seseorang</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">," tambahnya.</span><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"> </span><strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">(</span></strong><strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Astri Rahmayanti/Riyanti</span></strong><strong><span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">)</span></strong>

Yuke Sumeru: Rela Gantung Bass demi Al-Quran

Dpu dt bogor -" Saya mengenal Islam sudah tua. Ibu saya seorang peragawati, ayah saya seorang dosen. Jadi saya dilahirkan di tengah...

Baca selengkapnya »

Uwais Al Qarni: Sang Penghuni Langit

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1861_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1861_a.jpg" width="319" /></a></div> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><a href="http://www.dpudt-bogor.com/" target="_blank">DPU DT BOGOR</a>-Pada zaman Nabi, ada seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni. Ia tinggal di negeri Yaman. Uwais adalah seorang yang hidupnya sangat miskin dan yatim. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua, lumpuh, dan buta. Kecuali ibunya, Uwais tak lagi mempunyai kerabat.<br /> <br /> Uwais Al Qarni mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba tetangganya pada siang hari. Upah yang diterima hanya cukup buat kebutuhan sehari-hari. Jika ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. </span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Uwais Al Qarni adalah seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Ia seringkali melakukan puasa. Namun, alangkah sedihnya hati Uwais Al Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. </span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais Al Qarni untuk menemui Nabi semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw. Kerinduan karena iman.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Tapi, bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta, buta, dan lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya. Mengeluarkan isi hatinya dan mohon izin. Ia pun memperoleh izin untuk menemui Rasulullah di Madinah. </span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al Qarni sampai di Kota Madinah. Tak menunggu lama, ia pun segera mencari rumah Nabi. Hanya sayang, walaupun rumah Nabi ia temukan, tapi Rasulullah tak ada di rumah. Nabi Muhammad sedang berada di medan pertempuran.<span>   </span></span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi tak dapat dijumpainya. Dalam hatinya, bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan agar ia cepat pulang ke Yaman. </span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Akhirnya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi. Setelah berpamitan, Uwais Al Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.</span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga tidak bisa meninggalkannya terlalu lama. </span><br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;"><br /> Mendengar itu, Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, "Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Karena dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi." </span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">Subhanallah! Demikian sekelumit cerita tentang ketaatan seorang anak kepada ibunya. Ketaatan yang mengalahkan ego atau keinginannya yang teramat besar untuk bertemu Nabi. Sehingga Rasulullah pun menyebutnya sebagai penghuni langit! Mampukah kita menafakuri dan mencontohnya?<strong> </strong></span><br /> <br /> <span style="font-family: 'Trebuchet MS','sans-serif'; font-size: 10pt;">(<em>sumber: dmrulirubrik.blogspot.com</em>)  <span><br /></span></span>

Uwais Al Qarni: Sang Penghuni Langit

DPU DT BOGOR -Pada zaman Nabi, ada seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni. Ia tinggal di negeri Yaman. Uwais adalah seorang yang hidupnya...

Baca selengkapnya »

Meraih Kekuatan dari Musibah

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1858_a.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://www.dpu-online.com/gambar/gambar_artikel1858_a.jpg" /></a></div> DPU DT BOGOR-Manusia tidak ada yang menginginkan harapannya sirna. Cita-cita tak kunjung kesampaian, sakit fisik menahun dan musibah sering dialami. Namun, kehidupan berjalan dengan sunnatullahnya sendiri. Ada siang malam, hujan juga paceklik. Kita tidak bisa mengubah arah angin, tetapi kita bisa mengubah arah layar, demikian petuah bijak mengajarkan.<br /> <br /> Allah tidak menciptakan peristiwa atau kejadian sesuatu secara sia-sia. Manusia dianjurkan untuk merenung dan mengambil pelajaran dari berbagai macam peristiwa yang terjadi. Islam sangat mendorong umatnya untuk menggunakan potensi yang Allah berikan kepadanya. Penglihatan, pendengaran, hati, panca indra yang lain agar difungsikan untuk merenung hikmah dibalik peristiwa. <br /> <br /> Allah yang Mahasuci dan Mahaluhur dengan gamblang menyatakan, "<i>Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). Dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah</i>." (QS. asy-Syuura [42]: 30-31).<br /> <br /> Boleh jadi musibah yang menimpa manusia hadir karena ketidakpedulian, keserakahan dan kemaksiatan manusia lainnya. Misalnya gizi buruk (baca: kelaparan akut dalam jangka waktu lama), yang tanpa ampun merebak ke sebagian besar penjuru negara kita dan negara-negara lain termasuk negara maju. <br /> <br /> Penyebab merebaknya gizi buruk adalah kombinasi dari berbagai faktor yang merupakan ulah manusia sendiri. Dari mulai kekeringan dahsyat yang  sebagiannya akibat dari perubahan iklim ekstrim, peperangan, sistem ekonomi yang menjebak dunia dalam krisis global, hingga pemerintahan yang (nyaris) gagal membentuk masyarakat yang memiliki akses kepada pangan dan sarana kesehatan memadai.<br /> <br /> Oleh karena itu, musibah adalah wasilah (cara) untuk manusia berbenah diri, mengevaluasi perilakunya terhadap sesama dan alam sekitar, pengingat akan kekuasaan Allah dan memperkokoh iman dengan sabar sehingga menjadi jalan taubat. Membuat iman semakin kuat dan makin mendekat kepada Allah. Bukankah kualitas kekuatan pribadi berbanding lurus dengan ‘skala' musibah yang menimpa seorang anak manusia?<br /> <br /> Ada pun dalam perspektif penanggulangan musibah dan bencana, musibah justri menjadi ladang amal untuk memberikan pertolongan kepada yang menderita. Sehingga musibah justru menunjukkan kualitas kemanusiaan suatu masyarakat, yang saling peduli, saling menolong bahkan saling  menanggung satu sama lain. Musibah bukan tidak mungkin memperkuat sinergi, kemitraan, memperkuat komunikasi dan mewujudkan <i>the power of we</i> (kekuatan kebersamaan).<br /> <br /> Pesan positif dalam musibah diuntaikan dalam sebuah doa indah dari Rasulullah saw, "<i>Jika salah satu di antara kalian mendapatkan musibah, maka ucapkanlah: ‘Sesungguhnya kami milik Allah dan kami kembali kepada-Nya,' Allahumma ‘indaka ahtasibu mushibatii, fa ajirnii ‘alaihaa waabdilnii bihaa khairan minhaa. Ya Allah kepada-Mu saya ikhlaskan musibah yang menimpaku, maka berilah pahala kepadaku atas musibah ini, dan berilah saya ganti yang jauh lebih baik darinya." (HR. Imam Muslim). Begitu pun sabda Allah, "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,..... dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap</i>." (QS. al-Insyirah [94]: 5 dan 8).<br /> <br /> <b>M. Hari Sanusi (Kepala Cabang DPU Daarut Tauhiid Jakarta)</b>

Meraih Kekuatan dari Musibah

DPU DT BOGOR-Manusia tidak ada yang menginginkan harapannya sirna. Cita-cita tak kunjung kesampaian, sakit fisik menahun dan musibah seri...

Baca selengkapnya »

Aa Gym_SIAPA YANG DZOLIM ?

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6crl5SswjbdC92nV3wD7aNoZwEwCGiC3I6wct5sQ0OKWHWBTKNjePaUKrI6KwFNLJe8yLPgjjWSq1FYnJUFexMaXxruvPBhNEIflXjA74BbIFwsScp_dQBrShvnzLvmWgIIBB9kTlefAT/s1600/AaGym.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6crl5SswjbdC92nV3wD7aNoZwEwCGiC3I6wct5sQ0OKWHWBTKNjePaUKrI6KwFNLJe8yLPgjjWSq1FYnJUFexMaXxruvPBhNEIflXjA74BbIFwsScp_dQBrShvnzLvmWgIIBB9kTlefAT/s1600/AaGym.jpg" /></a></div> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #333333; display: inline ! important; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.9815px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">Yakinilah, Tak ada yang bisa terjadi tanpa ijin-Nya, dan semua takdir-Nya bagi hamba yang beriman kepada-Nya pasti baik</span></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #333333; display: inline ! important; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.9815px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">Bila kita merasa sengsara dan menderita, pasti karena kita tak ridho dan sok tahu merasa keinginan kita lebih baik daripada ketetapan-Nya</span></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #333333; display: inline ! important; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.9815px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">"Sesungguhnya Alloh tidak berbuat dzolim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat dzolim kepada diri mereka sendiri." (Qs yunus:44)</span></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #333333; display: inline ! important; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.9815px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">Berbaiksangkalah selalu kepada-Nya, karena tak ada yang lebih mencintai kita selain DIA Yang Menciptakan, Yang Memiliki, Yang mengurus kita setiap saat</span></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #333333; display: inline ! important; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.9815px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">Alloh Maha Tahu isi hati kita, dan Dia sesuai prasangka hamba-Nya</span></span></span>

Aa Gym_SIAPA YANG DZOLIM ?

Yakinilah, Tak ada yang bisa terjadi tanpa ijin-Nya, dan semua takdir-Nya bagi hamba yang beriman kepada-Nya pasti baik Bila kita meras...

Baca selengkapnya »

Aa Gym_NIKMATNYA MEMBACA AL-FATIHAH

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBNlSq8mxxV4HgLHmx2umldUHTRCZ7cd-8wE0nsXe1Rv4d9QG4ZNRoGNy7PQOSR9pFyelyr1Tm6SxiEW9miQg9Iy7qbUfNqZLatY05ZBLGhI5BikakTnjq3jqZFTnKGOtjuBrCIphVngvg/s1600/aa+gym+2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBNlSq8mxxV4HgLHmx2umldUHTRCZ7cd-8wE0nsXe1Rv4d9QG4ZNRoGNy7PQOSR9pFyelyr1Tm6SxiEW9miQg9Iy7qbUfNqZLatY05ZBLGhI5BikakTnjq3jqZFTnKGOtjuBrCIphVngvg/s1600/aa+gym+2.jpg" /></a></div> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #333333; display: inline ! important; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.9815px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">Pada saat membaca surah Al-Fatihah waktu shalat, banyak membacanya tergesa-gesa tanpa spasi, tanpa jeda dan tak dinikmati,<span class="Apple-converted-space"> </span></span></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #333333; display: inline ! important; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.9815px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">padahal disaat kita selesai membaca satu ayat dari surah Al-Fatihah, Allah menjawab setiap ucapan kita, maka dari itu kita disunahkan berhenti sejenak setiap selesai membaca satu ayat.</span></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><span style="background-color: white; color: #333333; display: inline ! important; float: none; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.9815px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">Dalam Sebuah Hadits Qudsi Allah SWT berfirm</span></span></span> <br /> <div class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 17.9815px; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"> an :<br /> "Aku membagi shalat menjadi dua bagian, untuk Aku dan untuk hamba-Ku".</span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /> Artinya, tiga ayat diatas: Iyyaka Na`budu Wa iyyaka nasta`in adalah hak Allah, dan tiga ayat kebawahnya adalah urusan hamba-Nya.</span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /> Ketika Kita mengucapkan "Alhamdulillahi Rabbil `alamin". Allah menjawab :"Hamba-Ku telah memuji-Ku".</span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /> Ketika kita mengucapkan "Ar-Rahmanir-Rahim"...Allah menjawab : "Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku".</span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /> Ketika kita mengucapkan "Maliki yaumiddin"...Allah menjawab :"Hamba-Ku memuja-Ku"</span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /> Ketika kita mengucapkan “Iyyaka na’ budu wa iyyaka nasta’in”...Allah menjawab : “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku”.</span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /> Ketika kita mengucapkan “Ihdinash shiratal mustaqiim, Shiratalladzina an’amta alaihim ghairil maghdhubi alaihim waladdhoolliin.”...<br /> Allah menjawab : “Inilah perjanjian antara Aku dan hamba-Ku.. Akan Ku penuhi yang ia minta.”<br /> (H.R. Muslim dan At-Turmudzi)</span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /> Berhentilah sejenak setelah membaca setiap satu ayat... Rasakan dan resapi betul-betul jawaban indah dari Allah, satu persatu, karena Allah sesungguhnya sedang menjawab ucapan-ucapan kita...</span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /> Lalu ucapkanlah "Aamiin" dengan penuh harapan dikabulkan, sebab malaikatpun sedang mengucapkan hal yang sama dengan kita.</span></span> <span style="font-size: small;"><span style="font-family: inherit;"><br /> "Barang siapa yang ucapan “Aamiin-nya” bersamaan dgn para malaikat, maka Allah akan memberikan ampunan kepada-Nya.”.<br /> (H.R Bukhari, muslim, Abu Dawud) </span></span></div>

Aa Gym_NIKMATNYA MEMBACA AL-FATIHAH

Pada saat membaca surah Al-Fatihah waktu shalat, banyak membacanya tergesa-gesa tanpa spasi, tanpa jeda dan tak dinikmati,   padahal di...

Baca selengkapnya »