DPU DT BOGOR - Alloh Ajja wa Jalla adalah Dzat yang Maha
Sempurna segala-gala-Nya, Maha luas tak terbatas pengetahuan-Nya. Sangat pasti
hanya Alloh-lah Dzat yang Maha Memiliki segala keagungan, Kemuliaan dan
Keunggulan. Sungguh beruntung bagi siapapun yang dikaruniai oleh-Nya potensi dan
bakat untuk unggul. Lebih beruntung lagi bagi siapapun yang di karuniai
kemampuan untuk mengoptimalkan potensi dan bakatnya sehingga menjadi manusia
unggul dan prestatif. Namun, betapa banyak pula orang yang cukup potensial
tetapi tidak menjadi unggul. Betapa banyak orang yang memiliki bakat terpendam
dan tetap "terpendam", tidak tergali karena tidak tahu ilmu untuk
mengoptimalkannya.Padahal tiap orang pada dasarnya memiliki potensi untuk
unggul, termasuk kita. Berikut ini beberapa kiat menjadi pribadi unggul dan
prestatif.
1. PERCAYA DIRI
Bagi orang yang ingin memacu
percepatan dirinya, maka tidak bisa tidak waktu adalah kuncinya. Sebab
sesungguhnya waktu adalah hidup kita. Orang bodoh adalah orang yang diberi modal
hidup berupa waktu kemudian ia sia-siakan. Ada tiga kelompok orang yang
menggunakan waktu, yaitu : Orang sukses, yaitu orang yang menggunakan waktu
dengan optimal, salah satu cirinya adalah ia melakukan sesuatu hal yang tidak di
minati oleh orang gagal.Orang malang, yaitu orang yang hari-harinya diisi dengan
kekecewaan dan selalu memulai sesuatu pada keesokan harinya.Orang hebat, yaitu
orang yang bersedia melakukan sesuatu sekarang juga. Bagi orang hebat tidak ada
hari esok, dia berkata bahwa membuang waktu bukan saja kejahatan, tetapi suatu
pembunuhan yang kejam.Karena mengetahui dan menyadari akan pentingnya waktu
berarti memahami pula nilai hidup dan kehidupan ini. Oleh karena itu, yang
pertama dan utama yang harus dilakukan untuk menjadi pribadi unggul adalah
pantang menyia-nyiakan waktu. Kita tidak boleh melakukan sesuatu dengan sia-sia,
sebab semua yang dilakukan sangat pasti memakan waktu, sedangkan waktu itu
sangat berharga. Tidak mungkin kita melakukan yang sia-sia (mubadzir), bukankah
perbuatan mubadzir itu adalah perbuatan syetan, Alloh SWT berfirman :
"sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syetan, dan syetan
itu sangat ingkar pada Tuhan-Nya". (QS. Al Israa (17:27)
Lihatlah hidup
keseharian kita, seringkali secara sadar atau tidak telah melalaikan waktu.
Anehnya tidak jarang setengah mati kita menjaga harta kita supaya tidak hilang
dicuri orang, tapi jarang menjaga waktu agar tidak dicuri dengan hal-hal yang
sia-sia. Berapa banyak kita ngobrol sia-sia yang berarti dia telah mencuri waktu
kita. Berapa banya waktu kita untuk nonton TV yang tidak semua acaranya mendidik
kita agar lebih berhasil guna dan berdaya guna, dan TV telah mencuri waktu kita.
Maka mulai sekarang pantanglah kita menyia-nyiakan waktu tanpa faedah. Alloh
berfirman: "Sesungguhnya berintunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang yang
khusu dalam sholatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna". Artinya sholat yang terpelihara mutunya, khusu
namanya, yang dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar menjaga kualitas mutu
sholatnya, itulah yang beruntung.Jadi pastikan waktu yang digunakan hanya diisi
untuk memacu dan menempa kemampuan diri. Artinya setiap jam, setiap hari, setiap
minggu yang kita lalui harus selalu benar-benar full manfaat dan lebih yang
orang lain lakukan.
2.SISTEM YANG KONDUSIF
Sistem yang kita
masuki itu akan sangat mempengaruhi percepatan diri kita, salah dalam memilih
sistem, memilih lingkungan maka akibatnyapun akan segera kita rasakan. Maka
barang siapa ingin memiliki percepatan diri yang baik untuk menjadi unggul, maka
harus bisa mencari sistem dan lingkungan atau teman-teman yang berkualitas.
Sistem yang memiliki keunggulan dari standar biasa, lingkungan yang memuliakan
perilaku yang terjaga, teman yang memiliki kehalusan budi pekerti yang tinggi.
Apa bila kita memasuki dalam sistem seperti ini, maka imbasnya pada diri kita
jua. Percepatan kita akan terkontrol untuk menjadi unggul dan bermutu. Lembaga
atau organisasi yang memiliki sistem yang unggul, banyak yang telah membuktikan
dirinya tampil dalam kehidupan bermasyarakat lebih maju dan lebih
bermutu.
Maka kalau ingin memiliki pribadi yang unggul, tangguh dan
prestatif, pastikan untuk tidak salah dalam memilih pergaulan. Sebab salah dalam
memilih pergaulan lingkungan, salah dalam memilih sistem, berarti telah salah
dalam memilih kesuksesan. Ingatlah pepatah "Bergaul dengan tukang minyak wangi
akan kebawa wangi, bergaul dengan pandai besi akan kebawa bau
bakaran".
3. BERDAYA SAING POSITIF
Dalam setiap kesempatan dan
lingkungan, kita harus memiliki naluri berdaya saing positif. Kalau tidak, pasti
kita akan berat menghadapi hidup ini. Majalah "Panji" pernah memberitakan bahwa
beberapa tahun lagi Universitas-Universitas luar negri, seperti Oxford, Harvard,
UCLA, Stanford dan Universitas beken lainya, akan masuk ke Indonesia. Kenyataan
ini akan membuat miris beberapa perguruan tinggi. Sikap ini nampaknya dipicu
oleh kenyataan adanya kesenjangan kualitas Perguruan Tinggi dalam negri dan
Perguruan Tinggi luar negri.
Bagi Perguruan Tinggi yang tidak memiliki
mental berdaya saing positif, akan membuat mereka panik, kalang kabut karena
takut kesaingan. Melihat kenyataan yang sama atau lebih darinya, maka akan
dianggap sebuah ancaman yang seolah-olah akan menghancurkanya.Namun bagi yang
memiliki mental bersaing yang positif, hal itu justru akan di tanggapi dengan
senang hati, seolah-olah dia mendapatkan sparing partner yang akan memacunya
lebih berkualitas lagi. Sebab mereka yang tidak diberi pesaing, kadang-kadang
tidak membuat mereka maju.
Pepatah mengatakan bahwa "lebih baik menjadi
juara dua di antara juara umum, dari pada jadi juara satu dari yang lemah, atau
juara utama dari yang bodoh". Karena yang terpenting bukan jadi juaranya, tapi
bagai mana caranya kita memompa kemampuan optimal dalam menjalani kehidupan.
Lebih baik juara dua di antara juara dari pada juara umum di antara yang kalah.
Sahabat-sahabat sekalian, kita janganlah sebel jika melihat orang lain lebih
baik dari kita, karena orang-orang yang suka iri hati, sebel dongkol kepada
prestasi orang lain, biasanya tidak akan unggul. Berani bersaing secara sehat
dan positif adalah kunci menuju gerbang kesuksesan.
4. MAMPU BERSINERGI
(BERJAMAAH).
Steven R. Covey, mencantumkan sinergi sebagai salah satu dari
tujuh kebiasaan yang efektif. Dalam bersinergi atau berjamaah akan tercermin
perbedaan nilai tiap individu, yang kalau kita mampu mengelolanya akan
melahirkan team work yang solid, dimana nilai hasilnya akan jauh lebih besar,
lebih dahsyat atau lebih unggul dibandingkan kalau dilakukan sendiri-sendiri.
Makin besar kekuatan sinerginya dalam setiap kali berinteraksi dengan yang lain,
maka akan semakin besar pula kemampuan yang di hasilkan , itulah diantara kunci
menjadi unggul. Jadi kalau ingin menjadi unggul, nikmati hidup berjamaah, karena
seorang yang pintar jika bertemu orang yang pintar akan bertambah pintar. Untuk
itu berjamaahlah, tapi berjamaah yang positif, karena berjamaah itu ada kalanya
saling melemahkan dan saling melumpuhkan. Maka, lakukanlah branchmarking (studi
banding) ke institusi lain sebagai perbandingan, dan ini sangat penting. Hal ini
agar pemikiran kita terus berkembang tidak mandek atau di situ-situ terus.. Oleh
karena itu jangan pernah meremehkan orang lain, setiap bertemu orang harus jadi
sarana perubahan dan penambahan wawasan kita. Jangan merasa pintar sendiri,
merasa yang terbaik, yang terbagus, maka sebenarnya kita telah menjadi yang
terbloon.
5. MANAJEMEN KALBU
Tidak bisa tidak, bagi pribadi
yang ingin unggul dan prestatif maka dia harus mampu mengendalikan suasana
hatinya, karena orang itu tergantung suasana hatinya. Kalau hatinya merasa
gembira, maka dia gembira. Kalau hatinya sedang sedih maka sedih pula dirinya,
kalau hatinya lagi dongkol, ngambek , maka seperti itulah dirinya. Semua
tergantung pada suasana hatinya, maka bagi orang yang tidak mampu
mengendalikan/mengelola hatinya akan merasa repot dalam menghadapi hidup ini.
Rosululloh SAW bersabda "ingatlah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging.
Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, tetapi bila
rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama
hati",(HR. Bukhari – Muslim).
Oleh : K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR